Apagunanya kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah yang cerdas tapi massa-rakyat dibiarkan bodoh ... ? Segeralah kaum terdidik itu akan menjadi penjajah Rakyat dengan modal kepintaran mereka ...! ! (Y. B. Mangunwijaya, 1999)
Pendidikan sangat penting peranannya bagi perubahan dan pembebesan manusia dari penindasan moral. Freire berbicara panjang lebar tentang hal ini berkaitan dengan suatu konteks di mana ada begitu banyak rakyat jelata yang ditindas oleh kebodohan khususnya di kalangan para pertani di Brazil. Untuk menanggulangi hal ini ada beberapa hal yang dikemukakan oleh Freire dalam upayanya untuk melakukan pembebasan tersebut antara lain:
1. Konsientisasi
Istilah ini mempunyai pengertian yang sangat mendasar bagi setiap pribadi orang yang mengalami penindasan itu, yaitu upaya untuk penyadaran diri atas keadaan yang dialaminya. Penyadaran diri ini tidak hanya berhenti pada tahap refleksi, tetapi harus merembes sampai pada tahap aksi nyata sehingga antara refleksi dan aksinyata merupakan proses timbal balik secara terus menerus. Manusia tidak hanya sekedar ada dalam dunia tetapi harus terlibat langsung dalam hubungan dengan dunia. Hubungan manusia dengan realitas sebagai subyek yang terarah kepada obyek menghasilkan pengetahuan yang diekspresikan melalui bahasa. Semakin cermat dan tepat manusia menangkap gejala atau masalah dalam kaitan kausalitas, semakin kritis pemahaman mereka atas realitas. Dan akhirnya setiap pemahaman realistis akan diikuti oleh aksi.
2. Pendidikan Sistim Bank
Pendidikan dengan sistim bank ini hanya pengetahuan yang berupa hadiah yang diberikan oleh orang-orang yang menganggap diri sebagai pemilik pengetahuan kepada orang-orang yang mereka anggap tidak tahu sesuatu apa pun. Ada upaya memproyeksi kebodohan mutlak kepada orang lain sebagai suatu ciri dari ideologi penindasan.
Pendidikan dan pengetahuan sebagai proses penyelidikan ditolak. Pengaruh lainnya adalah mengurangi daya kreatif para mahasiswa bahkan menghilangkan kepercayaan diri mereka. Di pihak lain sangat menguntungkan kepentingan para penindas yang tidak ingin dunia menyingkapkan keadaan yang nyata untuk perubahan. Kepentingan para penindas terletak dalam mengubah kesadaran kaum tertindas bukan mengubah keadaan yang menekan mereka. Akibatnya tidak pernah mengarahkan orang yang belajar untuk memandang realitas dengan cara dan sikap yang kritis. Freire menciptakan sistim pendidikan yang baru yang disebut “pendidikan pengajuan problem (Problem-Posing Education). Dosen dan mahasiswa sama-sama menjadi subyek yang dipersatukan oleh obyek yang sama yaitu sama-sama berpikir. Pengetahuan yang sejati akan nampak melalui penerimaan kembali dan penyelidikan terus menerus atas dunia dan sesama. Skema sistem pendidikan menurut Freire ini adalah sebagai berikut :
SKEMA:
DUNIA, PENGETAHUAN, SITUASI, PROBLEM
Dalam “Problem-posing education”’ ini dosen dan mahasiswa saling belajar. Dosen melibatkan diri dan merangsang mahasiswa untuk berpikir kritis tentang dunia melalui suatu proses dan membuka rahasia realitas yang penuh tantangan hingga mampu menjawab tantangan itu.
3. Dialog
Dialog adalah unsur yang sangat penting dalam pendidikan untuk menganalisa serta merupakan hakekat mendasar untuk mentransformasikan dunia melalui kata-kata. Dalam dialog ini ada hubungan antara sesama manusia dan dengan dunia untuk memberikan nama kepada dunia serta menampilkan diri sebagai manusia. Dialog mempersatukan refleksi dan aksi serta menampilkan karya mencipta. Hal ini didominasi oleh orang-orang yang terlibat langsung demi pembebasan manusia. Upaya dialog harus berdasarkan pada cinta kasih, kerendahan hati dan kepercayaan yang mendalam terhadap sesama manusia.
Kepercayaan itu nampak dalam kemampuan untuk membuat dan menciptakan kembali manusia yang seutuhnya. Dialog yang berakar pada cinta kasih, kerendahan hati dan kepercayaan itu menjadi hubungan horizontal yang logis dan saling mempercayai. Dialog juga harus mempunyai harapan dan melibatkan pemikiran yang kritis.
4. Humanisasi
Masalah sentral yang lain adalah humanisasi. Sejarah telah membuktikan bahwa hal ini adalah merupakan panggilan manusia yang sejati. Humanisasi sering disangkal, diputarbalikan, diekploitasi sehingga adanya kekerasan terhadap kaum tertindas. Karena itu maka ada kerinduan kaum tertindas akan kebebasan dan keinginannya untik merebut kembali kemanusiaannya yang hilang. Hal yang sangat penting dalam hal ini adalah peran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam tangan humanisasi revolusioner kedua-duanya digunakan untuk menunjukkan humanisasi. Humanisme revolusioner tidak memperlakukan kaum tertindas sebagai obyek analisa lalu menyodorkan mitos ideologi penindasan, yaitu Memutlakkan Kebodohan. Sebaliknya para revolusioner humanis harus memulai berdialog dengan rakyat sehingga pengalaman empiris rakyat akan realitas dipupuk oleh pengetahuan kritis yang akhirnya lambat-laun berubah menjadi pengetahuan kausalitas realistis.
Pada akhirnya, pendapat dari Eko Prasetyo (2008), sangat relevan untuk dijadikan permenungan berkaitan dengan sistem pendidikan kita saat ini. Menurut Eko Prasetyo (2008), pendidikan kerap kali melahirakn orang pintar tapi tidak mempunyai nyali. Itu yang mengantarkan para intelektual menjadi budak kekuasaan dan kekuatan modal. Intelektual yang seperti ini senantiasa: ”MEMBUAT PENINDASAN JADI TERASA ILMIAH”.
--------------------
Penulis: Staf Div. Anti Korupsi PIAR NTT
0 comments:
Posting Komentar